Selasa, 18 April 2023

REFLEKSI TERHADAP PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Oleh : Selviyanti S. Bunga’, S.Th., M.Pd.K

CGP Angkatan 07. Kab. Tana Toraja

Pratap Triloka terdiri dari Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut artinya adalah di depan memberi teladan, di tengah membangun motivasi dan di belakang memberikan dukungan atau dorongan. Di mana Sebagai pendidik, kita harus menyadari bahwa setiap anak membawa kodratnya masing-masing. Sebagai pamong, kita hanya perlu menuntun segala yang ada pada anak, mengarahkan dan memberi dorongan supaya anak dapat berproses dan berkembang serta untuk menemukan kemerdekaannya dalam belajar Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin pembelajaran sudah sepatutunya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilemma etika, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Setiap orang memilki nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya termasuk dalam nilai-nilai kebjikan universal yang disepakati dan disetujui bersama, lepas dari latar belakang social, bahasa, suku bangsa ,maupun agama seseorang. Nilai-nilai tersebut akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip ketika akan mengambil sebuah keputusan karena akan meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.  Adapun prinsip-prinsip pengambilan keputusan adalah 

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

Pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan “coaching” (bimbingan), pendamping atau fasilitator telah membantu saya secara pribadi untuk mengambil keputusan yang selalu berpihak kepada murid, memuat nilai-nilai kebajikan universal serta keputusan tersebut bisa dipertanggung jawabkan dan pengambilan keputusan tersebut sudah efektif karena telah dilakukan dengan teknik coaching bahkan dalam menyelesaiakan masalah telah menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip penyelesaian dilemma etika, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Dalam pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika seorang guru harus bisa mengelola dan menyadari aspek social emsionalnya karena akan sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan sehingga akan sadar betul tentang konsekuensi yang akan dihadapi dari keputusan tersebut. Jadi dalam pengambilan keputsan selalu berpihak kepada murid. Membahas studi kasus pada masalah moral atau etika akan selalu berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik. Nilai inovatif, kolaboratif, mandiri dan reflektif seorang pendidik dapat menuntun muridnya untuk dapat mengenali potensi yang dimiliki dalam mengambil keputusan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Dengan nilai yang dimilki seorang pendidik maka dalam menyelesaikan masalah akan berfokus pada nilai yang dimiliki maka keputusan bisa berpihak kepada murid. Pengambilan keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman bisa berdampak jika mengindentifikasi kasus terlebih dahulu apakah itu dilemma etika atau bujukan moral. Selanjutnya melakukan pengujian sehingga keputusan bisa di ambil.

Adapun tantangan yang dihadapi adalah ketika ketika pengambilan keputusan, karena terkadang tidak melibatkan semua guru, dan perbedaan pandangan terhadap masalah tersebut. Sementara untuk pengambilan keputusan yang akan kita ambil ini disesuaikan dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid karena akan membawa pengaruh yang sangat besar karena sesuai dengan harapan KHD bahwa tujuan pembelajaran adalah memberikan keselamatan dan kebahagiaan pada murid, sehingga dalam pengambilan keputusan yang tepat juga akan mempengaruhi pengajaran guru untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan murid. 

Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya karena keputusan yang tepat melalui pertimbangan, prinsip pengambilan keputusan serta pengujian yang tepat akan mendapat hasil yang tepat dan keputusan tersebut berdampak baik bagi murid demi masa depan murid yang lebih baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran berkaitan erat dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan peran guru penggerak, visi guru penggerak, budaya positif, etika akademik pemimpin pembelajaran (KSE dan Diferensiasi). Dalam melakasanakan proses pendidikan diharapkan seorang pendidikan akan mampu menuntun anak sesuai dengan kodratnya masing-masing untuk mencapai kebahagiaan setinggi-tingginya. Coaching, bahkan pengelolaan social emosional dari seorang pendidik membawa pengaruh besar dalam menuntun murid bahkan dalam pengambilan sebuah keputusan yang tepat.



Terima Kasih

Salam Guru Penggerak


Kamis, 30 Maret 2023

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3

PEMIKIRAN REFLEKTIF TERKAIT PENGALAMAN BELAJAR

Pengalaman/Materi Pembelajaran Yang Baru Saja Diperoleh 

Dalam modul 2.3 saya mempelajari tentang coaching dalam supervise Akademik. Coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien, dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional klien. Tujuan dari dilakukannya proses pendidikan adalah untuk "menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya). Sebagai seorang pamong, guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

Menuntun murid dilakukan dengan Sistem Among, Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, menjadi semangat yang menguatkan keterampilan komunikasi guru dan murid dengan menggunakan pendekatan Coaching. Tut Wuri Handayani menjadi kekuatan dalam pendekatan proses Coaching. Sebagai seorang Guru dengan semangat Tut Wuri Handayani, maka perlulah kita menghayati dan memaknai cara berpikir atau mindset Ki Hajar Dewantara sebelum melakukan pendampingan dengan pendekatan coaching. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara guru dan murid yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan

Agar menjadi seorang coach yang baik seorang guru harus menerapkan dan memiliki pemikiran dalam beberapa hal, diantaranya adalah paradigma berfikir coaching dan prinsip coaching.

Adapun bagian dari paradigma berfikir coaching : 

  1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan  
  2. Bersikap terbuka dan ingin tahu,
  3. Memiliki kesadaran diri yang kuat, 
  4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan.

Prinsip coaching : 

  1. Kemitraan --> Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra yang artinya setara, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah
  2. Proses kreatif --> Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan dua arah yang memicu proses berpikir coachee, memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru
  3. Memaksimalkan potensi --> Untuk memaksimalkan potensi percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya

Untuk dapat melakukan proses coaching dengan baik seorang guru harus memiliki 3 kompetensi inti coaching yang ada yaitu:

  1. Kehadiran Penuh/Presence --> Kehadiran penuh/presence adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, atau di dalam coaching disebut sebagai coaching presence sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching. Kehadiran penuh ini adalah bagian dari kesadaran diri yang akan membantu munculnya paradigma berpikir dan kompetensi lain saat kita melakukan percakapan coaching
  2. Mendengarkan Aktif --> Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara. Dalam percakapan coaching, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni mitra bicara. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada di pikirannya termasuk penilaian terhadap coachee. Ada 3 alasan tidak bisa mendengar yaitu Asumsi – sudah mempunyai anggapan tertentu tentang suatu situasi,  Judgment/Melabel (memberi label pada seseorang dalam situasi tertentu), dan Asosiasi ( mengaitkan dengan pengalaman pribadi)
  3. Mengajukan Pertanyaan Berbobot --> Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Pertanyaan yang diajukan seorang coach diharapkan menggugah orang untuk berpikir dan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan diri dan kompetensi.

Salah satu referensi yang dapat digunakan untuk mengajukan pertanyaan berbobot kepada coachee adalah merupakan hasil dari mendengarkan aktif yaitu R-A-S-A. RASA merupakan akronim dari Receive, Appreciate, Summarize, dan Ask.


 

Alur percakapan TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya


 

Terdapat 3 tahapan dalam suprevisi akademik yaitu pra obervasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan) dan pasca observasi (tindak lanjut).

Emosi-Emosi Yang Terkait Pengalaman Belajar

Sebelum mempelajari modul ini saya merasa cemas dan tidak tertarik karena merasa tidak mampu dalam menyelesaikan, memahami serta mempraktekkan materi ini karena pemahaman saya adalah supervise akademik hanya diperuntukkan kepada kepala sekolah saja. Tetapai Setelah mempelajarinya, saya menjadi semakin tercerahkan dan tertantang untuk menerapkan prinsip coaching dalam membantu rekan sejawat untuk menuntun mereka menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Saya meyakini bahwa dengan menerapkan paradigma berfikir coaching akan lebih mudah dalam penyelesaian masalah yang dihadapi rekan sejawat, mereka akan lebih terbuka, tidak merasa malu menyampaikan permasalahan yang dihadapi dan bisa merefleksi diri sendiri untuk menentukan langkah selajutnya.

Yang Sudah Baik Berkaitan Dengan Keterlibatan Diri dalam Proses Belajar

Ketika mempelajari modul ini saya bisa berkolaborasi dengan rekan sesame CGP ketika melakukan praktik coaching dengan menggunakan alur TIRTA yang didalamnya ada prinsip coaching baik katika berada dalam ruang kolaborasi maupun dalam demonstrasi kontekstual (baik sebagai observer, coach dan coachee)

Yang Perlu Diperbaiki Terkait Dengan Keterlibatan Diri Dalam Proses Belajar

Dalam melakukan coaching yang masih harus saya perbaiki adalah ketikan mengajukan pertanyaan berbobot agar dapat menggali informasi dari apa yang di hadapi oleh coachee sehingga coachee dapat menemukan slousi atas permasalahan yang dihadapi.

Keterkaitan Terhadap Kompetensi dan Kematangan Diri Pribadi

Di dalam mempelajari modul 2.3 tentang coaching dalam supervise akademik perkembangan diri mulai dirasakan karena sudah bisa melakukan coaching dengan alur TIRTA baik saya sebagai observer, coach dan coachee. Ketika saya nelakukan coaching saya harus mampu mengendalikan emosi sehingga saya hadir dalam setiap perjumpaan untuk menciptakan kasih dan persaudaraan tanpa ikatan atau belenggu-belenggu, tanpa menghakimi, tanpa memberikan asumsi, tanpa memberikan asosiasi anatara diri coachee dan kehidupannya.

ANALISIS UNTUK IMPLEMENTASI DALAM KONTEKS CGP

Memunculkan Pertanyaan Kritis Yang Berhubungan Dengan Konsep Materi dan Menggalinya Lebih Jauh

Apa yang harus dilakukan sehingga prinsip coaching dapat diterapkan dalam kegiatan supervise akademik di Sekolah?

Coaching adalah hubungan kemitraan dengan klien, dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional klien. Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Kegiatan supervise akademik tidak mengarah kepada penilaian belaka tetapi bagaimana dalam supervise tersebut di gunakan sebagai ranah untuk meningkatkan kompetensi guru tanpa ada rasa takut dan cemas ketika dilakukan supervise akademik. Yang harus dilakukan sehingga prinsip coaching dapat diterapkan dalam kegiatan supervise akademik di Sekolah adalah Kepala Sekolah sebagai pimpinan yang akan melakukan supervise harus melakukan 3 tahapan dalam suprevisi akademik yaitu 

  1. Pra obervasi (perencanaan), di mana Kepala Sekolah harus mendiskusikan perencanaan yang akan dilakukan oleh guru, apa yang menjadi tujuan dari supervise serta menyampaikan bahwa akan di lakukan penilaian
  2. Observasi (pelaksanaan), Kepala Sekolah melakukan observasi dari apa yang telah di sepakati pada pra observasi 
  3. Pasca observasi (tindak lanjut), pada kegiatan ini Kepala Sekolah memberikan umpan balik/tindak lanjut terkait pelaksanaan observasi kelas yang telah di lakukan oleh guru

Mengolah Materi Yang Dipelajari Dengan Pemikiran Pribadi Sehingga Tergali Wawasan (Insight) Baru

Tujuan dari dilakukannya proses pendidikan adalah untuk "menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- tingginya). Sebagai seorang pamong, guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Coaching sejalan dengan pembelajaran yang berpihak kepada murid. Artinya seorang pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid harus memahami perkembangan murid secara holistic dalam artian tidamk hanya berfokus pada perkembangan kognitif saja melainkan juga harus memperhatikan perkembangan karakter serta social emosional setiap murid. Dengan begitu tujuan coaching dalam supervisi akademik akan terlaksana dengan baik sehingga pengembangan kompetensi gurupun lebih berkembangan untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid

Menganalisis Tantangan Yang Sesuai Dengan Konteks Asal CGP (Baik Tingkat Sekolah Maupun Daerah)

Tentunya dalam penerapan coaching untuk supervise akademik tidak akan mudah dan pastinya akan ada tantangan yang akan dihadapi. Salah satu tantangannya adalah pemahaman yang beragam tentang supervise karena supervisi akademik cenderung hanya menilai kinerja guru sehingga kadang membuat guru yang disupervisi seolah terbebani, tertekan, dan cemas jika dia banyak melakukan kesalahan saat supervisi. Seharusnya supervise akademik dijadikan pedoman untuk meningkatkan kompetensi guru

Memunculkan Alternatif Solusi Terhadap Tantangan Yang Diidentifikasi

Adapun solusi yang bisa dilakukan adalah

  • Melakukan sosialisasi dengan komunitas sekolah terkait supervisi akademik menggunakan metode coaching dengan alur TIRTA.
  • Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan rekan sejawat.

MEMBUAT KETERHUBUNGAN

Pengalaman Masa Lalu

Di masa lalu pemahaman saya tentang supervisi akademik adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah dan wakasek kurikulum, hanya untuk mencari ketercapaian dalam pembuatan administrasi perangkat pembelajaran.

Penerapan di Masa Mendatang

Kedepan kegiatan supervise akademik ini harus diajadikan salah satu bagian dalam peningkatan kompetensi guru dalam bidang akademik dengan menggunakan prinsip coaching yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi denga alur TIRTA,

Konsep atau Praktik Baik Yang Dilakukan Dari Modul Lain Yang Telah Dipelajari.

Keterkaitan coaching degan pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Sesuai dengan definisi pembelajaran berdiferensiasi tersebut dapat diasumsikan bahwa paradigma coaching dan prinsip coaching dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan pembelajaran. Selain itu dengan menerapkan coaching sebagai sebuah pendekatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid adalah suatu hal yang dapat dilakukan dan efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran, guru akan mengarahkan murid untuk menemukan, menentukan/memilih kebutuhan belajarnya. Murid dimampukan untuk dapat belajar sesuai dengan gaya belajar, kemampuan belajar, bakat dan minat yang dimiliki. Keterkaitan coaching dengan pembelajaran sosial emosional

Keterkaitan coaching dengan pembelajaran sosial emosiona

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

  1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi  (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Lima kompetensi sosial emosional akan menjadi sebuah dasar seorang guru agar dapat menguasai tiga kompetensi coaching yang ada. Sehingga pembelajaran sosial emosional sangat penting dan perlu ditempuh seorang guru untuk meningkatkan kompetensi sosial emosionalnya sebelum belajar mengenai coaching.

Selain hal tersebut,  dalam pembelajaran sosial emosional seorang guru akan memperoleh pengalaman mengenai mengelola diri yang baik hingga mampu mengambil keputusan. Salah satu teknik untuk mengembalikan kesadaran penuh atau (mindfulness) dapat dilakukan dengan teknik S-T-O-P yang dapat diterapkan kepada coachee sebelum melakukan kegiatan coaching. Dengan demikian coaching akan terjadi baik dan memampukan coachee dalam menemukan solusi masalah yang dialami.

Informasi Yang Didapat Dari Orang Atau Sumber Lain Di Luar Bahan Ajar PGP

Supervisi akademik guru akan membantu kepala sekolah dan pengawas untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan guru. Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada seorang guru adalah bagian penting dari keseluruhan proses kinerja guru yang bersangkutan, karena hasil yang diperoleh dari kegiatan pengawasan menjadi dasar bagi pengembangan guru profesional yang berkelanjutan.

(https://stekom.ac.id/artikel/pentingnya-supervisi-bagi-peningkatan-kualitas guru#:~:text=Supervisi%20akademik%20yang%20dilakukan%20oleh,pengembangan%20guru%20profesional%20yang%20berkelanjutan)


Terima kasih

Salam Guru Penggerak

#CGPAngkatan 7

#SMKKr.Pelangi Makale


Rabu, 08 Februari 2023

DISEMINASI BUDAYA POSITIF

Sekolah merupakan wadah bagi setiap warga sekolah untuk terus mengasah setiap kemampuan dan karakter. Maka diperlukan sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi semua warga sekolah khususnya murid di dalam belajar. Sekolah tersebut terhindar dari segala macam bentuk penindasan, bulliying, kekerasan dan pemaksaan terhadap warga sekolah khususnya peserta didik. Sekolah tersebut akan berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan suasana yang penuh dengan kehamonisan dan pembiasaan positif. Tetapi pada kenyataannya di lingkungan sekolah belum memberikan kenyamanan kepada peserta didik, karena terdapat peraturan yang di buat oleh seorang guru yang hanya bersifat sebagai hukuman kepada peserta didik. Peserta didik menghindari pelanggaran karena takut dikucilkan. Peserta didik menantaati peraturan karena takut dihukum atau menerima konsekuensi yang berat dan dapat menurun nama baiknya. Akibatnya peserta didik melakukan kebaikan hanya pada saat di sekolah atau hanya pada saat di depan orang yang lain seperti di depan Guru dan yang lainnya. Keteraturan yang mereka lakukan tidak berasal dari kesadaran dan lubuh hati. Keteraturan tersebut bukanlah sebuah kebiasaan akan tetapi ketakutan dan mencari perhatian. Untuk itu, sekolah sudah harus berusaha menciptakan iklim pendidikan yang mampu membawa perubahan yang membiasakan setiap warganya untuk melakukan tindakan yang timbul dari dalam hati sendiri bukan karena hukuman. Pembiasaan positif yang merupakan budaya positif akan menjadi budaya sekolah. Budaya disiplin positif dapat menumbuhkan berbagai potensi dan karakter dalam setiap murid sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Untuk menimbulkan motivasi intrinsik dalam diri murid maka perlu ada kegiatan yang bisa dilakukan. Salah satu cara untuk menumbuhkan motivasi dari diri sendiri setiap murid dalam disiplin positif adalah keyakinan kelas. Dari yang tertulis di atas mengarahkan kita sebagai guru untuk menentukan langkah yang harus kita tempuh sehingga tercipta budaya positif di lingkungan sekolah yaitu 
1. Disiplin Positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal 
2. TeoriMotivasi, Hukuman dan Penghargaan 
3. Keyakinan Kelas 
4. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas 
5. PosisiKontrol 
6. Segitiga Restitusi

Untuk lebih lanjut memahami tentang budaya positif dan contoh yang sudah saya terapkan di dalam kelas dan di sekolah, silakan klik berikut : disini 
 
Terima kasih.. 
Selamat berkarya bagi anak bangsa 
Salam Guru Penggerak Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan 
Tuhan Memberkati

#cgpangakatan7 
#kab.tanatoraja

Rabu, 11 November 2020

Artikel : Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pak Terhadap Perkembangan Karakter Siswa

Setiap siswa pada dasarnya menuju kekedewasaan, baik dalam berpikir, bertindak maupun dalam mengambil suatu keputusan. Pengaruh dunia globalisasi saat sekarang ini memang cukup banyak menyita perhatian orang tua dan guru akan dampak yang ditimbulkan bagi perkembangan katakter mereka. Konsep diri seorang pendidik atau Kompetensi social guru merupakan suatu bentuk, bagaimana seorang pendidik dapat bergaul dengan baik, bersahabat dengan orang-orang disekitarnya yang memungkinkan bias dijadikan pola berperilaku oleh seorang siswa. Dari pergaulan inilah, seorang guru dalam menjadi motivator yang baik bagi siswanya, bagaimana ia dapat menyalurkan konsep diri yang baik dalam bergaul dengan orang-orang disekitarnya, bahkan dapat membantu siswa bagimana menyikapi arus global saat sekarang ini. Untuk lebih lanjut melihat apa Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Pak Terhadap Perkembangan Karakter Siswa, silakan klik disini

Rabu, 04 November 2020

RPP & BUDI PEKERTI KELAS XI SEMESTER GANJIL

RPP merupakan bagian penting dalam KBM. Guru harus mempersiapkan RPP sebelum masuk mengajar dalam kelas. Untuk RPP silakan melihat yang sudah dikerjakan sebagai berikut : 

Selasa, 03 November 2020

Pembelajaran Virtual Melalui Video Pembelajaran




Bersatu bersama seluruh guru PAK untuk berbagi ilmu seputar dunia pendidikan. Saya akan membagikan video pembelajaran saya, jadi klik youtube